Breaking

Selasa, 21 April 2020

Taka Bonerate Atol Terbesar Ke-3 di Dunia

Taman Nasional Taka Bonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan mempunyai hamparan karang yang warna-warni dengan degradasi warna yang sejukkan mata; biru, tosca, putih dan hijau. Disinilah terbentuk gugusan karang yang dikenal sebagai sebutan Atol.
Pulau Bungin Belle, TN Taka Bonerate/Asri
Mungkin sahabat bertanya Atol itu apa? menurut Jumanta dalam buku pengetahuan "Buku Pintar Alam Sekitar", Atol itu terumbu karang yang membentuk seperti cincin yang mengelilingi laguna di perairan laut dangkal.

"Atol terjadi dari terumbu karang yang terdapat di sekeliling pulau vulkanis, terbentuk akibat letusan gunung api," tulis Jumanta.

Lanjutnya, kemudian permukaan dasar laut turun dan mengakibatkan pulau turun sedikit demi sedikit.

"Terumbu karang tidak ikut tenggelam melainkan tumbuh keatas. Atol inilah yang merupakan tahapan terakhir dari terumbu karang yang terbentuk ketika pulau atau daratan tenggelam ke dasar laut menyisakan cincin karang," tulisnya.

Anak Bajo 

Nama Taka Bonerate mengambil dari bahasa Bugis yang memiliki arti hamparan karang di atas pasir. Disini memiliki penduduk dengan sebutan 'Anak Bajo' yang tinggal di Pulau Rajuni. Anak bajo memiliki ciri khas rambut coklat alami, mereka pandai membantu orang tuanya melaut, laut disana mereka mengibaratkan hutan, hutan yang berada di bawah laut Taka Bonerate.

Menurut National Geographic, orang Bajo mampu bertahan di dalam air hingga 13 menit dan mencapai kedalam yang cukup ekstrem, yaitu 60 meter. Kemampuan mereka untuk berenang dalam waktu lama tanpa bantuan alat pernapasan dan alat selam modern sempat membuat ilmuwan bingung dan kagum atas kemampuan istimewa suku Bajo tersebut.

Orang Bajo ternyata memiliki limpa yang lebih besar dari pada ukuran normal yang dimiliki manusia. Limpa mereka kemudian bertindak sebagai "tabung oksigen" dengan menyimpan lebih banyak oksigen untuk darah mereka.

"Selama ribuan tahun, orang Bajo telah tinggal di rumah perahu, bepergian dari satu tempat ke tempat lain di perairan Asia Tenggara dan hanya sesekali ke daratan. Semua yang mereka butuhkan, mereka dapatkan dari laut," kata salah satu penulis studi, Melissa Ilardo, dari University of Copenhagen, dikutip dari BBC.

Pengunjung Eropa Mendominasi

Menurut Ketua Taman Nasional Taka Bonerate Faat Rusdianto, sejauh ini pengunjung dari eropa masih mendominasi. Mereka ke TN Taka Bonerate untuk diving, snorkling, berjemur atau berinteraksi dengan penduduk.

"Turis Eropa biasanya yang datang ke Takabonerate itu dari Perancis, Belgia. Italia yang paling sering," kata Faat kepada Kompas Travel di sela-sela acara Kemah Konservasi 2019 di Pulau Tinabo, Selayar, Sulawesi Selatan.

Ia menyebut sebanyak 200 turis asing datang sepanjang tahun 2018.

"Kalau dibandingkan kunjungan ke taman nasional lain, itu masih jauh ya. Kalau di kami (Takabonerate) kan wisata minat khusus ya,"ujarnya.

Sementara itu, ada juga turis datang ke TN Taka Bonerate untuk mencari ketenangan seperti turis asal Rusia. Mereka menginap bisa sampai seminggu, hanya untuk membaca buku dan berkeliling pantai Tinabo. Pulau ini terkenal dengan landmark TN Takabonerate yang dipenuhi hiu kecil di pantainya.

"Kalau dari Rusia biasanya bisa seminggu. Ada pasangan suami istri menginap di Tinabo. Mereka hanya baca buku, keliling pantai. Besok lagi hanya baca buku lagi. Mereka cari ketenangan," kata Ketua Komunitas Sileiya Scuba Diver, Zulregal Januar
kepada Kompas Travel.

Sumber : Buku Pintar Alam Sekitar Karya Jumanta | Today Line | Kompas Travel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar