Breaking

Rabu, 05 Agustus 2020

Pendaki Gunung Temukan Situs Bersejarah di Bukit Sipandu

Situs bersejarah ditemukan di jalur pendakian Bukit Sipandu, Bitingan, Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Banjarnegara-Jawa Tengah.
Bukit Sipandu © Jejak Jateng
Situs menurut penduduk lokal menyebutnya 'ondho budho' itu berukuran 15 centimeter terlihat berjejer dan susunan batu terlihat miring sekitar 30 derajat.

Pendaki gunung lah yang pertama kali melaporkan adanya bangunan tersebut kepada pihak pengelola basecamp Bukit Sipandu.

"Awalnya pendaki yang akan ke bukit Sipandu yang melihat ada susunan batu yang seperti situs peninggalan. Kemudian mereka melaporkan kepada saya, dan saya teruskan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara," ujar Ahmad Waluyo, pengelola basecamp pendakian Bukit Sipandu jalur Bitingan, mengutip Detikcom.

Hingga saat ini, ondho budho baru terlihat sebagian. Warga setempat tidak berani menggali lebih. Mereka menunggu pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.

"Sekarang baru kelihatan sedikit. Tidak ada yang berani menggali. Warga menunggu pihak BPCB aja yang lebih paham," tuturnya.
Ondho Budho © Detikcom
Merespon temuan situs bersejarah di jalur Bitingan, Bukit Sipandu pada Minggu (26/7) Arkeolog Aryadi Darwanto ditemani pengelola basecamp, mengecek kembali situs yang letaknya tak jauh dari puncak. Aryadi bermaksud membuka sedikit situs yang masih terpendam untuk menguak misteri di balik temuan itu.

Struktur batu itu terlihat memanjang sekitar 10 meter. Bangunan itu terputus karena menabrak tanah tebing. Namun setelah digali tanah itu, ternyata susunan batu itu masih menyambung.

Aryadi tak mengetahui sampai mana situs diduga tangga itu berujung. Kemungkinan masih panjang. Namun butuh kerja keras untuk menggalinya karena kondisi medan tebing yang terjal.

"Setelah digali sedikit, batu itu masih menyambung. Mungkin kalau mau digali lagi, itu masih panjang," katanya kepada kontributor Suara.com.

Dengan menggunakan cangkul kecil, ia melanjutkan penggalian di bagian sisi batu untuk menemukan bagian anak tangga. Ditemukan batu berbentuk persegi yang terkubur di dalam tanah. Permukaan luarnya halus, namun bagian dalamnya yang menempel tanah kasar.

Aryadi menyangsikan, jika benda itu anak tangga. Sebab ukurannya lebih lebar dari anak tangga pada umumnya. Karenanya ia lebih meyakini itu bagian dari struktur tangga model perosotan.

Berdasarkan sumber catatan Belanda, menurut Aryadi, di sisi utara Dieng memang terdapat dua jenis Ondo Budho. Ada yang memiliki anak tangga untuk akses pejalan kaki. Ada pula yang berbentuk perosotan tanpa anak tangga. Ondo jenis ini dipakai untuk akses transportasi gerobak atau mengangkut barang.

"Tapi ini masih butuh penelitian lebih lanjut. Minimal ditemukan struktur yang masih utuh, tata letaknya masih sama seperti aslinya, baru bisa disimpulkan," katanya

Dugaan ini selaras dengan legenda atau cerita turun temurun warga Dusun Bitingan Desa Kepakisan Kecamatan Batur Banjarnegara yang tinggal di lereng gunung Sipandu.

Sebagian mereka mempercayai wilayahnya dulu sebagai tempat pembuatan candi. Batu-batu alam dari curug Sirawe diangkut ke Dieng melalui gunung Sipandu. Jalur itu diyakini akses terdekat menuju Dieng meski harus mendaki gunung yang menjulang.

Jika benar situs yang ditemukan adalah tangga perosotan, kemungkinan itu dipakai untuk menarik batu dari Sirawe ke Dieng. Di Dieng, batu-batu itu digunakan untuk membangun candi. Aryadi menilai masuk akal jika material pembentuk candi-candi di Dieng dipasok dari luar, termasuk dari Bitingan Desa Kepakisan.

Di Kompleks Curug Sirawe Dusun Bitingan, warga juga pernah menemukan batu-batu candi, baik berukir maupun berbentuk balok. Warga juga pernah menemukan arca di tempat itu. "Jalur tercepat ke Dieng memang lewat Gunung Sipandu ini," katanya
Jalur pendakian Bukit Sipandu © Tribunnews
Dengan ditemukannya situs ini, pengelola basecamp selalu mengingatkan bagi setiap peziarah dan pendaki untuk menjaga keutuhan situs tersebut. Selain itu pihaknya juga memasang papan peringatan di situs kuno baru di Dieng.

"Kami selalu mengingatkan pendaki, agar saling menjaga, karena belum diperiksa oleh BPCB. Silahkan berfoto tetapi jangan mindahin batu-batu itu," tutup Ahmad Waluyo.

Sumber : Detik.com | Suara Jateng Id | Suara.com