Budayawan Jawa Menyarankan Menggelar Ruwatan di Reshuffle Kabinet Indonesia Maju. Memang Kenapa?
Mpu Totok Brojodiningrat | Foto: YouTube |
HUMANIORA : Presiden Jokowi memperkenalkan jajaran menteri baru untuk mengisisi sejumlah posisi menteri Kabinet Indonesia Maju yang di-reshuffle.
"Bapak, ibu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air, pada sore hari yang berbahagia ini saya bersama-sama dengan Bapak Wapres ingin mengumumkan menteri-menteri baru yang akan duduk di anggota Kabinet Indonesia Maju. Untuk itu, saya akan memperkenalkan satu per satu," kata Jokowi, di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa (22/12) sore.
Sejumlah nama mengisi jabatan menteri baru diantaranya:
- Menteri Sosial oleh Tri Rismaharini (menggantikan Juliari P Batubara)
- Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif oleh Sandiaga S Uno (menggantikan Wishnutama)
- Menteri Agama oleh Yaqub Cholil Qoumas (menggantikan Fachrul Razi)
- Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Sakti Wahyu Trenggono (menggantikan Edhy Prabowo)
- Menteri Perdagangan oleh Muhammad Lutfi (menggantikan Agus Suparmanto)
- Menteri Kesehatan oleh Budi Gunadi Sadikin (menggantikan Terawan Agus Putranto)
Dalam acara perkenalan menteri baru Jokowi digelar dengan khidmat namun santai, nampak calon menteri baru mengenakan atribut jas biru, tak lupa masker dan face shield. Sejumlah pers mempertanyakan apa makna jas biru yang dikenakan tersebut?
Menjawab pertanyaan pers, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Triadi Machmudin mengatakan jas itu bahannya enak, warnanya cerah, kalau panas tidak membuat keringatan, kalau hujan tidak membuat basah.
"Artinya, setiap orang yang menggunakannya tidak masalah dalam cuaca apa pun. Jadi menteri dapat bekerja kapan saja, dalam suasana apa saja siap bekerja," kata Bey Triadi Machmudin, mengutip Kompas.com.
Terkait warna biru pada jaket, Bey menjelaskan, hal ini menunjukkan bahwa para menteri harus selalu semangat dalam bekerja.
"Warnanya sih keren saja, eye catching, kapan harus tetap segar cerah, ceria, semangat," kata dia.
Disarankan Ruwatan
Perombakan kabinet Indonesia Maju mendapat pandangan khusus dari ahli spriritual dan budayawan Jawa yang menyarankan agar menggelar ruwatan.
Reshuffle itu bertepatan dengan hari Rabu Pon dalam kalender jawa, ahli menilai hari Rabu Pon ini bukan Rabu Pon biasa atau mengandung pantangan.
Menurut Pawukon Jawa (Astrologi Nusantara), hari Rabu 23 Desember 2020 esok hari adalah hari Budha, hari pasaran Pon, wuku Bala, tahun 1954.
"Tujuan pemilihan Rabu Pon saya tahu, yaitu pas weton atau kelahiran Pak Jokowi," kata seorang Ahli Astrologi Jawa, Mpu Totok Brojodiningrat, kepada Detik.com, Selasa (22/12).
Hari Rabu Pon besok tidak sama dengan hari Rabu Pon saat Jokowi lahir pada 21 Juni 1961 silam. Hari Rabu Pon saat Jokowi lahir bertepatan dengan wuku Sungsang, bukan wuku Bala.
"Pelantikan menteri Rabu Pon besok adalah wuku Bala, termasuk Syarik Agung atau pantangan besar yang sulit dinetralisir dampak negatifnya," ujarnya.
Wuku Bala dalam Syarik Agung dipersepsikan oleh astrologi Jawa sebagai waktu yang buruk. Jokowi perlu menggelar ruwatan karena momen pelantikan besok masuk dalam Syarik Agung.
"Syarik Agung artinya pantangan besar atau tulah besar untuk yang punya hajat besar, keputusan besar seperti melantik, dan lain sebagainya. Dampak Syarik Agung adalah akan selalu mendapat halangan dari segala arah," ujar salah satu verifikator keris Naga Seluman Pangeran Diponegoro di Museum Volkenkunde Leiden itu.
Dalam kalender Jawa, ada 30 wuku dengan nama bermacam-macam, dari wuku Sinta sampai Watugunung. 30 Wuku membentuk satu siklus wuku selama 210 hari.
"Pada Kawruh Pakuwon, dalam 210 hari ada 4 hari yang termasuk dalam Syarik Agung, yakni Rabu Pon wuku Kurantil, wuku Galungan, wuku Marakeh, dan wuku Bala," kata Mpu Totok.
Wuku Bala sendiri dianggap sebagai wuku yang 'sangar' menakutkan dengan lambang Batari Durga dalam pewayangan. Batari Durga adalah lambang bencana laut, darat, dan udara.
Oleh karena itu, menurut Mpu Totok Brojodiningrat, perlu dinetralisir dampaknya dengan menggelar Ruwatan. "Untuk menetralisir dampak Syarik Agung, perlu diadakan Ruwatan Pawukon oleh juru ruwat pawukon," pungkasnya.
Sumber: Kompas.com | Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar