Pura Luhurpoten berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru | Foto: Respublika Narodnaya |
Dari pantauan Times Indonesia, Suku Tengger menggelar upacara persembahyangan, di tengah lautan pasir Gunung Bromo dengan Khidmat dan sakral.
Sambil membawa beberapa nasi tumpeng dan sejumlah sesaji, Suku Tengger melaksanakan upacara persembahyangan, di Punden Watu Dukun. Lokasinya, berada tidak jauh dari kaki Gunung Bromo dan Gunung Batok.
Upacara persembahyangan ini dipimpin oleh seorang dukun pandita. Di belakangnya, sejumlah tokoh masyarakat, pemangku kebijakan dan para pelaku usaha wisata Gunung Bromo, juga turut serta hadir.
Dalam ritualnya, dukun pandita berdoa agar Suku Tengger Gunung Bromo selalu diberkahi keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya.
Kepala Seksi Wilayah I, Sektor Laut Pasir, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Sarmin menyebutkan, upacara persembahyangan ini sebagai langkah awal untuk memulai sesuatu yang baru.
"Tidak terkecuali saat dibukanya secara resmi, kawasan wisata ini. Pasca ditutup selama pandemi Covid-19," katanya, Jumat (28/8), ditemui usai upacara persembahyangan.
Suku Tengger sedang memanjatkan doa dengan khidmat | Foto: Times Indonesia |
"Bagi kami pandemi ini sebuah bencana dan kami sangat menyesal. Tapi demi keselamatan dan Kesehatan, ya tidak apa-apa," ujar salah satu pelaku wisata, Gondo.
Pembukaan kawasan wisata Gunung Bromo ini, di apresiasi oleh Perkumpulan Penyedia Jasa Layanan Akomodasi dan Transportasi Wisata (PATRA) Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sejumlah hal pun disiapkan untuk menyambut dibukanya Bromo.
"Yang jelas kami merasa senang atas dibukanya kembali Gunung Bromo. Seperti yang kita tahu, berbulan-bukan kami tidak beroperasi karena pandemi COVID-19," jelas Ketua PATRA Kabupaten Probolinggo Moch. Solehan Kamis (27/8), melansir Nusadaily.com.
PATRA yang didominasi kendaraan jeep ini pun melakukan persiapan yakni penyekatan antara penumpang penyewa yang hanya di batasi 3 orang tiap kendaraan. Termasuk protokol kesehatan yang begitu ketat.
"Untuk tarif sementara kita tetap. Namun promosi terus kita galakkan agar para wisatawan kembali semangat untuk datang ke Bromo," jelas pria yang biasa disapa Gus Han ini.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo Digdoyo Djamaludin meyakini dibukanya Bromo menjadi geliat ekonomi baru bagi para pelaku usaha hotel.
"Harapannya ini menjadi angin segar setelah berbulan bulan kita tidak ada pemasukan. Semoga tamu-tamu hotel kembali normal," jelas Digdoyo.
Salah satu spot untuk menikmati sang fajar terbit di Gunung Bromo, yakni Bukit Cinta dan Bukit Kingkong | Foto: Arbasbarong |
Kata Pak John, syarat yang harus dipenuhi para wisatawan, yaitu wajib menyertakan surat keterangan sehat dan bebas infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dari puskesmas. Selain itu, suhu tubuh para wisatawan juga akan dicek, maksimal 37,3 derajat Celcius.
"Surat keterangan sehat bebas ISPA itu wajib dan suhu tubuh tidak lebih dari 37,3 derajat, kalau lebih tidak bisa. Ini semua sudah disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan," kata John.
Wisatawan yang akan berkunjung ke Gunung Bromo dibatasi sebanyak 20 persen dari total kapasitas daya tampung atau sebanyak 739 orang per hari. Jumlah pengunjung tersebut akan dievaluasi dan ditambah secara bertahap.
Ia juga memperingatkanpara wisatawan untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah disiapkan. Jika terjadi pelanggaran, pihak yang berwenang akan memberikan sanksi bagi para pelanggar.
"Jika ada klaster baru, dengan sangat terpaksa Bromo kita tutup kembali. Kita berdoa, karena ini menyangkut ekonomi rakyat banyak di sana. Mudah-mudahan aman, semua rindu Bromo dibuka," tambah John.
Sumber: Times Indonesia | Nusa Daily | Bisnis.com