Gunung Papandayan, salah satu gunung aktif di Jawa dan merupakan salah satu cagar alam yang ada di indonesia | Foto: Oleh Solihin (Wikimedia Commons) |
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) menjadi kuncinya, terapkan protokol kesehatan secara ketat, lalu disosialisasikan ke seluruh pihak pengelola gunung, mengingat saat ini kita berada di masa 'kenormalan baru' bukan lagi seperti yang dulu sebelum pandemi.
Melihat penomena seperti ini, saya terpikir melihat pengelola TWA Papandayan yang sukses mengelola pendakian gunung Papandayan dimasa pandemi, salah satunya ketika sekelompok pendaki gunung merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-75 di TWA Papandayan dengan khidmat, menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan pelaksanaan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental sustainability).
Protokol Kesehatan Secara Ketat
Pada 8 Juni 2020, destinasi di Garut dibuka kembali, saat itu lah pihak pengelola telah membahas standar operasional prosedur (SOP) yang paling tepat bagi wisatawan.
"Kami yang jadi jaminan bahwa memberikan jaminan wisatawan bahwa di Garut dengan SOP ini mudah-mudahan nyaman," ujar Kadis Parbud Garut: H. Budi Gan Gan Gumilar, SH, M.Si., di kawasan Gunung Papandayan, melansir Medcom.id pada Minggu (23/8).
Pak Kadis, menambahkan tidak ada lagi keamanan dan kenyamanan yang bisa menjamin (selain aspek penunjang kesehatan). "Setelah ditetapkan, baru kami buka," tambahnya.
Ia menuturkan objek wisata alam Gunung Papandayan memiliki banyak tempat berwisata seperti kolam renang air panas, menara pandang, kawah bekas letusan gunung api, taman edelweis, dan lain-lainnya termasuk wisata kemah yang saat ini menjadi salah satu tujuan favorit pendaki.
Ia menyebutkan ada beberapa lokasi yang menjadi tempat berkemah, di antaranya Pondok Saladah dan Gober Hood yang seringkali jadi tujuan pendaki profesional karena lokasinya cukup jauh dan bumi perkemahan untuk kalangan keluarga yang lokasinya dekat dari area parkir kendaraan.
Ia mengungkapkan walaupun Taman Wisata Alam Gunung Papandayan baru dibuka pada awal Juni 2020 karena sebelumnya ditutup untuk umum dampak darurat wabah penyebaran COVID-19.
Saat ini, kata dia, dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 telah terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dari berbagai daerah Garut maupun luar kota seperti Bandung, Jakarta, dan kota sekitarnya.
"Untuk geliatnya kira-kira baru dua minggu ini ada peningkatan pengunjung, kebanyakan mereka wisata petualangan, berkemah yang dilakukan para anak-anak muda," katanya.
Ia mengakui bahwa sebelum vaksin covid-19 ditemukan, jumlah wisatawan gunung dikurangi, meskipun minat wisatawannya luar biasa banyak. Maka dari itu, SOP terkait protokol kesehatan dikemas dengan ketat.
Hal paling penting, kata Dedi adalah keselamatan umat yang menjadi prioritas di dalam penyelenggaraan bagaimana membangkitkan ekonomi ini supaya bisa bergerak.
"Dengan catatan, apabila di lokasi destinasi ada yang terpapar covid-19, maka destinasi tersebut serta merta ditutup," pungkasnya.
Sumber: Medcom.id | Antaranews