Ditemukan Bangunan bersejarah diduga cagar budaya di Stasiun Bekasi Kota © Ali Anwar |
"Berdasarkan kriteria yang ditetapkan undang-undang, patut diduga bahwa temuan struktur bata bagi penguatan kepribadian bangsa," ujarnya mengutip Pojok Bekasi, Selasa (11/8).
Ali menjelaskan benda yang diduga cagar budaya tersebut diperkirakan dibangun oleh Belanda-Jerman tahun 1887.
"Struktur cagar budaya berbentuk struktur bata pernah dipugar pada tahun 1920," jelas Ali.
Terlihat, struktur bata tersebut mirip dengan lorong bawah tanah yang sering digunakan pada jaman dahulu.
Struktur bata tersebut diperkirakan dahulunya adalah gorong-gorong atau saluran air dari Stasiun Bekasi ke Jalan Juanda.
"Dugaan itu bisa jadi gorong-gorong air. Airnya jernih karena waktu dulu saya kecil itu di situ parit. Dari stasiun itu mengarah ke Jalan Juanda," ucapnya.
Ditempat yang sama ditemukan juga jendela jaman dulu. Jendela itu diperkirakan peninggalan zaman Belanda.
Sementara itu, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, menduga penemuan sejumlah bangunan di bawah tanah Stasiun Kota Bekasi merupakan peninggalan sejarah zaman penjajahan Jepang.
"Kita takut situs itu bersejarah. Makanya, kami bikin surat ke lembaga-lembaga cagar budaya, supaya kita tidak disalahkan," ucap Rahmat Effendi, mengutip Pikiran Rakyat pada Rabu (12/8).
Lebih lanjut, Rahmat Effendi mengatakan bangunan bersejarah itu bisa dilihat dari bentuk bangunan yang ditemukan, bahwa bangunan tersebut mirip seperti bangunan bawah tanah.
"Karena bentuknya (seperti lorong), belum lihat? Saya sudah. Kalau kita lihat itu ya, minimal bangunan bawah tanah," ujar pria yang akrab disapa Bang Pepen itu.
Bang Pepen memberikan contoh, seperti di museum di DKI Jakarta, batu bata yang ditemukan di Stasiun Kota Bekasi memiliki panjang sekitar 30 sentimeter, ketinggian 5 sentimeter, dan lebar sekitar 8 sampai 9 sentimeter.
"Itu artinya sudah bata modern. Nah hanya dulu bentuknya saluran. Tapi kalau itu saluran gak mungkin, karena kalau (itu) saluran masuk ke kali Bekasi. Tapi saya kira seperti bangunan mungkin zaman Jepang," ujar dia.
Dugaan itu diperkuat, kata Bang Pepen, karena saat itu banyak tentara Jepang yang dibantai di dekat benda dan batu bata yang ditemukan tersebut.
"Dulu zaman Jepang banyak dibantai di Kali Bekasi. Bisa saja itu bekas markasJepang. Besar kemungkinan, tapi sejarah yang menentukan," kata Bang Pepen.
Bang Pepen mengaku khawatir benda dan bangunan yang ditemukan di bawah pembangunan revitalisasi Stasiun Kota Bekasi merupakan salah satu tempat situs barang bersejarah.
"Nah kalau gak ada? Ini kan ada program pembangunan stasiun DDT, yang penting dievaluasi, dicek nilai-nilai. Tapi jangan mengganggu program pembangunan, makanya kita kirim buru-buru, biar cepat diantisipasi," ujar Bang Pepen.
Oleh karena itu, sambung Ali Anwar, Wali Kota telah meminta Direktorat Jenderal Perkerataapian agar menghentikan sementara proses pembongkaran di titik itu.
"Kami cari tenaga ahli yang paham tentang keartefakan dan arkeologi baru kita bisa simpulkan," tutupnya.
Sumber : Pojok Bekasi | Pikiran Rakyat