![]() |
Bali © Pixabay |
Menurut Luhut, masyarakat Indonesia terutama di kelas menengah hingga atas masih memiliki kemampuan finansial untuk berwisata dalam negeri.
"Saya lapor ke Presiden kemarin, duit di kita ini cukup banyak, kan yang Umroh tidak ada. Itu setiap tahun hampir 500.000 sampai 1 juta orang. Kan itu orang yang punya dana, yang Umroh. Kemudian orang yang berobat ke Singapura, ke Penang di Malaysia kan nggak berobat. Dan itu hampir semua kita hitung mungkin hampir puluhan miliar dolar (Amerika Serikat/AS). Nah itu kita ingin belanjakan dalam negeri," jelas Luhut.
Saat ini, pemerintah sudah kembali membuka kawasan wisata di Bali dan Banyuwangi. Menurutnya, sejak dibuka pada 2 pekan lalu, tak ada yang menunjukkan kasus baru Corona. Melihat kondisi ini, pemerintah akan terus mendorong pariwisata untuk buka kembali dan bangkit.
"Pemulihan sektor pariwisata ini perlu waktu dan tidak mudah, dan ini yang paling cepat sebenarnya, 10 bulan. Nah kita sudah buka mulai dari Bali dan Banyuwangi. Kita bersyukur ternyata setelah 2 minggu angka COVID-19 di bali tetap menurun," tutupnya.
Padahal Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama, rencananya September 2020 akan dibuka bagi wisatawan mancanegara. Wishnutama menanggapi saat Bali meraih sebagai destinasi terbaik dunia versi salah satu situs perjalanan wisata.
Saat itu, Wishnutama berpesan wisatawan pun bisa mulai bersiap untuk mengunjungi Bali karena di masa adaptasi kebiasaan baru.
"Diharapkan setelah dibuka, penerapan protokol kesehatan dapat tetap dijalankan dengan disiplin. Jangan sampai setelah dibuka timbul gelombang kedua COVID-19 hal itu yang harus dihindarkan, lantaran pariwisata itu adalah bisnis kepercayaan," ujarnya.
Sumber : Detikcom | Kumparan