Seorang ahli racun terkemuka Australia mengungkapkan ketidakkonsistenan dengan penjelasan "Gigitan Komodo Memiliki Racun Mematikan". Menurutnya senjata Komodo sangat beragam dan racun Komodo itu sangat 'mahal'.
Insiden tergigitnya seorang pekerja proyek Taman Jurassic Park, di Loh Buaya, Taman Nasional Komodo (TNK) | Foto: Floresmerdeka.com/Pixabay |
LINGKUNGAN : Seorang pekerja proyek taman 'Jurassic Park' tiba-tiba diserang seekor Komodo (Varanus Komodensis) berukuran besar di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Loh Buaya, Pulau Rinca, yang berada di Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), pada Rabu (9/12/2020).
Menurut informasi Floresmerdeka.com, Elias Agas (46) sedang melakukan aktivitas, tiba-tiba datang seekor Komodo langsung menyerang dan menggigitnya. Elias mengalami luka serius di kaki bagian kiri dan pergelangan tangan bagian kanan. Melihat kejadian itu, para pekerja lain membantu mengevakuasi korban. Kemudian, korban dilarikan ke rumah sakit swasta di Labuan Bajo menggunakan speedbout TNK.
Kepala Seksi Pengamanan Pulau Rinca Kawasan Taman Nasional Komodo, Julius Buki menuturkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.15 WITA, saat korban sedang melaksanakan aktivitasnya.
"Begitu mendapat informasi tersebut rekan rekan petugas jagawana dari Balai TNK yang ada di lokasi langsung berhasil mengevakuasi korban. Korban yang mengalami luka sobek beberapa bagian tubuhnya, kemudian dievakuasi ke Labuanbajo mengunakan speedboat TNK untuk mendapat perawatan lebih lanjut," terang Julius, mengkonfirmasi Medcom.id.
Sementara, Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara belum memberikan keterangan resmi tentang peristiwa ini.
Apakah Gigitan Komodo Memiliki Racun Mematikan?
Beberapa ilmuwan percaya Komodo Indonesia (Varanus komodensis) memiliki gigitan yang mematikan secara misterius.
Beberapa ilmuwan menyalahkan bakteri patogen yang tinggal di mulut kadal (karena makanan mereka yang membusuk) sebagai penyebab gigitan mematikan reptil itu.
Tetapi Bryan Fry, seorang peneliti racun terkemuka di Australia, dan 27 rekannya mencatat ketidakkonsistenan dengan penjelasan ini dan menyarankan hipotesis alternatif.
"Mereka menduga bahwa kadal tersebut membunuh mangsanya dengan menggunakan 'alat pembunuh persenjataan yang canggih'. Pada dasarnya, ada lebih banyak gigitan mematikan dari pada 'mulut kotor'," menurut Journal of Experimental Biology jeb.biologist.or yang diterbitkan pada tahun 2009.
Tim Fry memiliki kesempatan unik untuk mengungkap misteri gigitan mematikan Komodo dengan mengakses spesimen hidup di Singapore Zoo dan membandingkan naga dengan buaya air asin yang sama ganasnya (Crocodylus Porosus) untuk mengetahui bahwa kekuatan gigitan predator biasanya menentukan ukuran mangsanya.
"Mereka menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk menganalisis tengkorak dan tulang rahang dan mengembangkan model untuk memahami bagaimana gigitan Komodo," jelasnya.
Hasilnya, kekuatan gigitan naga hanya 39 N, meskipun mereka lebih menyukai mangsa besar. Itu bukanlah kekuatan luar biasa yang diharapkan dari gigitan mematikan, terutama ketika buaya mematikan, yang juga memangsa hewan besar, menggigit dengan kekuatan melebihi 250 N.
Tim juga menentukan dari MRI bahwa buaya, seperti predator penggigit lainnya, memiliki tengkorak dan otot rahang yang kuat untuk secara paksa menggigit dan menahan mangsa yang meronta.
"Komodo, bagaimanapun, memiliki tengkorak yang ringan dan otot rahang yang lemah," tambahnya.
Bagaimana Komodo Menghasilkan Gigitan Mematikan?
Kelompok Fry mengungkap rahasia Komodo: pertama, otot yang sangat kuat di belakang tengkorak, sempurna untuk menahan gerakan menarik mangsanya. Rahasia kedua adalah gigi yang tajam dan bergerigi. Jika digabungkan, kedua karakteristik ini menghasilkan teknik menggigit, mencengkeram dan merobek yang mematikan. Keganasan gigitan naga itu pasti bergantung pada komponen ketiga.
"Tim mereka adalah yang pertama mengkarakterisasi kelenjar racun Komodo, menemukan bahwa itu adalah yang paling kompleks yang pernah dijelaskan," tulisnya.
Meskipun enam kompartemen kelenjar racun mengandung racun dalam jumlah yang sangat banyak, naga tidak mengirimkan racunnya melalui taring.
"Naga mengirimkan racun-nya melalui rongga yang didistribusikan di antara gigi yang mengeluarkan racun melalui luka saat reptil mencengkeram dan mencabik korbannya hingga tewas," tambahnya.
Selanjutnya, tim menguji efek racun-racun pada tikus hidup dan pembuluh darah yang terisolasi dan menemukan bahwa hal itu mencegah pembekuan darah dan menurunkan tekanan darah, mendorong pendarahan dan syok yang berlebihan.
Hanya 3% dari racun yang dibawa dalam kelenjar racun Komodo yang dapat melumpuhkan seekor rusa sepenuhnya. Potensi luar biasa ini harus mengimbangi kurangnya mekanisme pengiriman racun Komodo yang efisien, seperti taring, yang bagi ular dapat mengirimkan 50% racun yang tersedia ke mangsanya.
"Alat pembunuh Komodo jelas beraneka ragam dan racun mahal untuk diproduksi. Jadi, jika hewan mengalokasikan energi untuk membuatnya, itu harus digunakan secara efektif, " tulis JEB.
Kelompok Fry juga membandingkan komodo dengan fosil kerabat dekatnya yang sudah punah, yaitu kadal Megalania Australia (Varanus Priscus).
Mereka menentukan bahwa 40.000 tahun yang lalu, kadal Australia mungkin juga merupakan predator yang memiliki 'se-gudang senjata', menunjukkan bahwa racun mungkin merupakan strategi pembunuhan kuno.
"Kalau dibandingkan dengan Megalania, mungkin dia hewan berbisa terbesar (3x lipat dari komodo) yang pernah ada di planet ini, yang berarti komodo harus puas di tempat kedua," tutupnya.
Sumber: Flores Merdeka | Medcom | Journal of Experimental Biology
Tidak ada komentar:
Posting Komentar