Breaking

Jumat, 21 Agustus 2020

Pesawat N250 Gatotkaca Dimuseumkan, Geliat Pariwisata Berbasis Edukasi Baru di Jogja

Walaupun sudah dimuseumkan, Pesawat N250 Gatotkaca bakal menjadi koleksi dan kebanggaan di Museum TNI-AU Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Pekerja berjalan di dekat badan pesawat N250 Gatotkaca di Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla), Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/8/2020). Pesawat N250 Gatotkaca karya Presiden ke-3 Republik Indonesia B.J. Habibie tersebut menambah koleksi museum tersebut | Hendra Nurdiyansyah (Antara Foto)
Kepala Dinas Penerangan TNI-AU (Kadispenau) Marsma TNI Fajar Adriyanto menyebutkan, membawa pesawat N-250 ke museum di Yogyakarta sebenarnya sudah digagas lama oleh Panglima TNI-AU Marsekal Hadi Tjahjono semasa menjabat Kasau.

Salah satu tujuannya yakni memamerkan kepada masyarakat atas keberhasilan putra bangsa dalam dunia dirgantara. "Kenapa dibawa ke museum ini? Ini karena gagasan dari Bapak Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjadi Kasau. Beliau ingin pesawat yang membanggakan ini bisa dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia," kata Fajar, melansir Kompas.com pada Sabtu (22/8).

Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (SKEP) Nomor 284/VIII/2020 tanggal 14 Agustus 2020 menyebutkan, penugasan penerimaan hibah Pesawat PA01 N250 milik PT DI untuk ditempatkan di Muspusdirla.

Menurutnya, N250 akan menjadi koleksi ke-60 yang dimiliki museum tersebut. "Ini akan menjadi koleksi dari seluruh pesawat-pesawat yang ada di Indonesia. Kami sudah mengoleksi 59 pesawat dari berbagai negara. Ini menjadi koleksi yang ke 60 dan inilah yang buatan Indonesia," ujar Fajar.

Melansir Situs Resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dilihat dari sejarahnya Museum TNI-AU Dirgantara Mandala, diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta.

Mengingat semakin bertambahnya koleksi, maka pada tahun 1984 Museum dipindahkan ke Wonocatur menempati sebuah gedung bersejarah. Gedung tersebut semasa penjajahan Belanda adalah sebuah pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan sebagai Depo Logistik.
Badan Pesawat N250 Gatotkaca | Hendra Nurdiyansyah (Antara Foto)
Letak Museum Dirgantara Yogyakarta tidak jauh dari pusat kota, sehingga museum ini sangat mudah untuk dijangkau. Museum dengan area yang sangat luas ini letaknya sekitar 200 meter dari Ring Road bagian timur, tepatnya di sekitar daerah Janti.

Daya tarik utama dari museum ini adalah pesawat dan peralatan perangnya. Pesawat-pesawat yang dipamerkan pun bukan pesawat biasa, tapi sebagian besar pesawat yang memiliki nilai historis. Contohnya, ada Pesawat Pembom Guntai yang direbut dari Jepang pada jaman perang kemerdekaan dulu. Persenjataan yang dipamerkan juga persenjataan yang spesial, seperti roket, bom, senjata api, dan masih banyak lagi. Tapi, sebenarnya bukan hanya hal-hal seperti itu saja yang ada disana.

Di dalam museum, para pengunjung juga dapat melihat-lihat foto-foto bersejarah, lambang-lambang Angkatan Udara, diorama sejarah, dokumen-dokumen dari masa perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, dan masih banyak lagi. Jadi, para pengunjung dapat sekaligus belajar sejarah sambil berwisata.

Selain sekedar melihat-lihat koleksi pesawat yang ada di Museum Dirgantara Yogyakarta, para pengunjung juga diperbolehkan untuk mencoba naik ke beberapa jenis pesawat. Para pengunjung dapat berfoto layaknya seorang pilot, dengan biaya tambahan yang dikenakan per kamera. Ini tentunya dapat menjadi pengalaman yang tak terlupakan, khususnya bagi anak-anak.
Museum Dirgantara Mandala | Njogja.co.id
Oleh karena itu, dengan adanya koleksi ke-60 Pesawat N250 Gatotkaca di Museum TNI-AU Dirgantara Mandala akan menjadi kabar baik untuk pariwisata berbasis edukasi dan pengetahuan, mengingat pesawat tersebut koleksi berharga yang pernah diarsiteki langsung oleh Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ Habibie saat menjabat direktur utama (dirut) PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang PT Dirgantara Indonesia).

Sumber : Kompas.com | Pariwisata.slemankab.go.id