![]() |
Titik api muncul di blok Cirendang TNGC pada Senin (17/8) | Gunung Ciremai (FB) |
Petugas berjumlah 67 personil gabungan dari Balai TNGC, Polres Kuningan, Kodim Kuningan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan, Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, dan Masyarakat Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC) serta relawan langsung mendatangi lokasi kejadian.
"Setelah delapan jam melakukan pemadaman, akhirnya api berhasil ditaklukan pada pukul 20.30," ungkap Fire Boss Agus Yudantara - namun api melahap 'vegetasi' semak belukar dan ilalang gunung Ciremai seluas 14 hektar.
Sementara itu, Kepala Balai TNGC Kuswandono yang hadir di lokasi kejadian mengatakan, akan terus melakukan sosialisasi pencegahan karhut (kebakaran hutan). "Kami lakukan terus kampanye pencegahan karhut melalui medsos dan pemasangan spanduk," katanya.
Di tempat yang sama, Dandim Kuningan, Letkol CZi Karter Joyi Lumi dan Kapolres Kuningan, AKBP Lukman Syafri Dandel Malik mengatakan akan mengusut kejadian karhut ini. "Akan kami kerahkan personil untuk menelusuri kejadian karhut ini," katanya.
Gambut Harus Tetap Basah
Pada 23 Juni lalu di Istana Merdeka Jakarta, Presiden mengingatkan dalam rapat terbatas (ratas) seluruh jajarannya agar tak lengah mencegah karhutla (kebakaran hutan dan lahan) pada kemarau tahun ini di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia punya pekerjaan besar mengantisipasi karhutla. Langkah pertama, katanya, manajemen lapangan harus terkonsolidasi dan terkoordinasi dengan baik dalam waktu persiapan satu bulan ini.
"Area-area yang rawan hotspot dan update informasi sangat penting sekali, manfaatkan teknologi meningkatkan monitoring dan pengawasan dengan sistem dashboard," katanya melansir Mongabay Indonesia pada Rabu (19/8).
Sistem dasbor itu, kata Jokowi, bisa menggambarkan situasi karhutla di Riau pada Februari lalu saat pemantauan wilayah rentan karhutla. Sistem ini, katanya, gunakan empat teknologi satelit sebagai alat pengindera untuk mendeteksi titik api, yakni NOAA, Aqua, Terra, dan satelit dari Lapan.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sebagian besar wilayah akan mengalami puncak kemarau pada Agustus. Dalam laporan itu, 17% wilayah memasuki kemarau April, 38% pada Mei, dan 27% Juni.
Untuk antisipasi karhutla di lahan gambut, presiden menginstruksikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Badan Restorasi Gambut siaga menjaga tinggi muka air pada lahan gambut.
Jokowi minta gambut tetap basah dengan sekat kanal, embung, sumur bor, teknologi pembasahan lain guna mencegah kekeringan dan kebakaran lahan.
"Untuk mencegah kebakaran di lahan gambut saya minta penataan ekosistem gambut secara konsisten."
Menanggapi hal ini, Humas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Agus Yudhantara sudah menyiapkan sebanyak 30 embung air di kawasan kaki gunung. Ia menyebutkan, ke-30 embung tersebut meliputi embung alami dan buatan, seperti mengutip Ayo Bandung Selasa, (18/8).
Dia menjelaskan, embung alami yang ada berupa situ, talaga, dan danau. Sementara, embung buatan yang terletak di desa merupakan hasil pembangunan pemerintah daerah setempat. Keberadaan embung, tambahnya, akan mencukupi kebutuhan air dalam pengendalian kebakaran hutan di TNGC. "Terutama untuk mengisi tanki dan jetshooter," jelasnya.
Dia mengungkapkan, air sesungguhnya telah tersedia di setiap posko untuk operasi pemadaman api. Air tersebut berasal dari sumber air terdekat yang dialirkan melalui pipa, sebelum kemudian ditampung dalam bak. Air dari embung itulah yang selanjutnya dimanfaatkan untuk memadamkan api pada kebakaran hutan di area TNGC Blok Cirendang, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Senin (17/8/).
"Meski membutuhkan waktu cukup lama, api berhasil dijinakkan tim gabungan bersama masyarakat. Pada Selasa (18/8/2020) kebakaran hutan di TNGC telah sirna," tutupnya
Sumber : Gunung Ciremai (FB) | Ayo Bandung | Mongabay Indonesia