Ilustrasi petani sedang rehat sejenak sembari menikmati teh panas dan nasi untuk pengganjal perut | Foto: Srejekj (Wikimedia Commons) |
Mereka memilih cara ini agar sayuran tidak membusuk atau terbuang sia-sia lantaran harga sayuran di pasaran anjlok beberapa waktu terakhir ini.
Sekitar 800 kilogram aneka ragam sayuran, sawi hijau, tomat, buncis hingga cabai dari petani lerang Gunung Merapi dibagikan. Bahkan ada juga yang dikirim ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Salah satu anggota Komunitas Pembibitan Kremun Merapi, Wawan menjelaskan, aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan sekaligus membantu para petani sayuran di lereng Gunung Merapi karena harga jual turun drastis.
"Sayuran tersebut sangat murah sehingga tidak dipanen petani. Sehingga kami bersama-sama memanen dari beberapa ladang petani, packing, lalu kami bagikan secara massal dan gratis," kata Wawan, melansir Kompas.com diakses pada Minggu (6/9).
Kegiatan serupa juga dilakukan oleh relawan SAR Grabag bersama Graskom Grabag, Kabupaten Magelang.
Mereka membantu para petani di lereng Gunung Merbabu dengan membagi-bagikan beragam sayuran hasil panen kepada warga, beberapa pondok pesantren dan yayasan yatim piatu. Warga pun menyambutnya dengan antusias.
Komandan SAR Grabag, Budi Rahartono mengatakan, aksi ini sudah dilakukan untuk keempat kalinya.
Jika harga jual anjlok, para petani tidak memanen dan membiarkan rusak atau membusuk begitu saja.
Relawan bagikan sayuran hasil panen petani dari lereng gunung Merbabu, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, kepada warga, Rabu (2/9) | Foto: Kompas.com/Ika Fitriana |
Budi berharap, sayuran ini tetap bermanfaat bagi warga yang membutuhkan. Sekalipun secara materiil merugi, para petani masih bisa bersyukur. Aksi ini akan terus dilakukan sampai harga berangsur naik ke harga standar.
Sementara itu, pengamat menilai sebaiknya pemerintah memaksimalkan bantuan pada petani sebagai yang 'paling terdampak' pada masa pandemi Covid-19.
Berbeda dengan kelompok lain, petani berperan sebagai produsen dan konsumen sekaligus. Ini membuat petani merasakan dampak yang lebih parah dibanding pekerja, buruh, dan kelompok lainnya.
"Kelompok masyarakat dari sektor buruh dan menengah ke bawah juga sangat terdampak, apalagi mereka di-PHK, sudah sama sekali tidak ada penghasilan. Tapi petani lebih terdampak karena untuk menanam itu modalnya besar, bahkan utang dulu sebelum panen. Sektor lainnya penghasilan nol, tapi kalau petani ini bisa minus, bahkan untuk bayar utang tidak ada uang," kata Dian Utami, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melansir BBC News Indonesia diakses pada Minggu (6/9).
Sejauh ini pemerintah mengumumkan insentif bagi petani dan nelayan berupa program jaring pengaman sosial, subsidi bunga kredit melalui keringanan pembayaran angsuran, pemberian stimulus untuk modal kerja, dan melalui kebijakan untuk kelancaran rantai produksi).
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah berusaha menjaga harga barang dan jasa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam sebuah webinar bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan pada Rabu (05/08), menanggapi masalah deflasi dengan mengatakan bahwa pemerintah akan tetap berusaha menjaga kestabilan harga-harga produk dan jasa di tengah pandemi.
"Pemerintah akan melihat kalau indikator menunjukkan income dan daya beli menurun maka pemerintah akan gunakan instrumennya untuk mendukung itu, dari mulai bansos, dukungan terhadap UMKM, sektor usaha, sehingga dia tetap menjaga dari sisi employment-nya agar tidak terjadi PHK dan mendorong investasi, karena itu akan menentukan kestabilan ekonomi," jelasnya.
Sumber: Kompas.com | BBC News Indonesia