Breaking

Rabu, 02 Desember 2020

OPINI: Relawan Semeru Menilai Pemberitaan Tentang Meningkatnya Aktivitas Gunung Semeru Terlalu Berlebihan

Menurut relawan pemberitaan tentang meningkatnya aktivitas Gunung Semeru oleh media-media online terlalu 'lebay', padahal sudah biasa bagi warga lokal.

Ilustrasi perkemahan di Danau Ranu Kumbolo, Gunung Semeru | Foto: Unplash
OPINI : Pemberitaan oleh media-media online tentang guguran lava Gunung Semeru dinilai para relawan Semeru terlalu berlebihan. Aktivitas vulkanik Gunung Semeru saat ini, menurut para relawan sebagai warga lokal menyebutkan aktivitas tersebut kerap biasa terjadi.

Opini yang mereka lontarkan tersebut, bukan tanpa maksud, mereka khawatir dengan pemberitaan tersebut membuat warga sekitar lereng Semeru resah, khususnya pendaki gunung.

"Berita dengan judul yang cukup seram yang membuat masyarakat resah, terutama para pendaki, begitu juga para keluarga di rumah yang panik yang anggota keluarganya masih baru melakukan pendakian dan belum turun," dalam sebuah postingan instagram @saverindo Sahabat Volunter Semeru (Saverindo), Senin (30/11/2020), yang diberitakan juga oleh Detik Travel.

Menurut mereka, berita yang digulirkan oleh media-media online sampai ke pihak berwenang di Jakarta, selaku pemangku kebijakan yang akhirnya menginstruksikan agar Semeru ditutup per tanggal 30 November 2020.
Foto: @tnbromotenggersemeru (facebook)

Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melihat penutupan jalur pendakian untuk sementara, karena adanya fluktuasi peningkatan dari aktivitas vulkanik Gunung Semeru.

"Memperhatikan fluktuasi aktivitas Semeru yang meningkat dan antisipasi terjadinya hal yg tidak diinginkan khususnya keselamatan jiwa Pendaki Semeru, maka pendakian Gunung Semeru untuk sementara waktu ditutup total sejak tanggal 30 November 2020 sampai dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian," tulisnya dalam sebuah postingan di media sosial facebook @tnbromotenggersemeru.

Balai Besar juga menghimbau bagi para pendaki yang sudah mendaptarkan diri agar menjadwalkan ulang pendakiannya dikemudian hari setelah aktivitas Semeru sudah mulai kondusif.

"Bagi sahabat yang sudah terlanjur mendaftar untuk keberangkatan pada hari yang ditutup, mekanisme pergantian jadwal akan mimin sampaikan dikemudian hari sembari melihat perkembangan kondisi aktivitas Semeru," tulisnya

Baru Beberapa Bulan Dibuka
 

Diketahui bersama pendakian Gunung Semeru sudah genap 1 tahun rehat akibat kebakaran hutan tahun lalu dan diperparah juga dengan situasi pandemi Covid-19.

Penutupan pendakian ini sekali lagi harus menahan rindunya para pendaki akan keindahan Danau Ranu Kumbolo yang menjadi tempat pavorit-nya.

Padahal pembukaan jalur pendakian Gunung Semeru sangat dinantikan banyak pihak yang baru saja beberapa bulan dibuka. Bagi para warga lokal juga akan terbantu perekonomian karena sudah mulai ada geliat aktivitas pendakian ini.

Saverindo melanjutkan, penutupan Gunung Semeru akan merugikan kembali warga lokal di sekitar basecamp, menurutnya juga guguran lava ini sudah biasa, apalagi memasuki musim penghujan.

"Padahal, berita tentang guguran lava, awan panas Gunung Semeru sangat biasa terjadi, terutama di musim hujan," kata Saverindo.

Tak hanya relawan yang kecewa akan berita berlebihan terkait meningkatnya aktivitas Gunung Semeru. PVMBG Gunung Semeru juga menyayangkan berita tersebut.

"KLARIFIKASI jg barusan (29 nov 2020, pukul 21.12) kami dapatkan melalui @cakyo_saversemeru dari Grup WA; GUNUNG API SEMERU (beranggotakan orang2 PVMBG Pos Pantau G. Semeru) yg SANGAT MENYAYANGKAN adanya berita itu," jelas Saverindo.

Meningkatnya Aktivitas Semeru

Menurut data, peningkatan aktivitas Gunung Semeru memicu kemunculan awan panas guguran berjarak luncur hingga 2.000 meter dari puncak ke arah Besuk Kobokan, pada Selasa dini hari, 1 Desember 2020, sekitar pukul 01.23 WIB.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mencatat, kejadian ini terekam dalam pantauan PVMBG dari Pos Pengamatan Gunung Semeru di Dusun Kajar Kuning Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

"BPBD Kabupaten Lumajang melaporkan sekitar pukul 23.35 WIB (30 November) terlihat secara visual guguran lava pijar dari ujung lidah lava, perkiraan sejauh 1.000 meter," kata Raditya dalam keterangan resminya, melansir Tirto.id.

"Sedangkan awan panas guguran, tampak pada 01.23 WIB dengan jarak luncur 2.000 meter. Selanjutnya pada pukul 02.00 WIB, awan panas guguran sudah mencapai 3.000 meter," tambah dia.

Pada sekitar pukul 03.00 WIB, 1 Desember 2020, BPBD Lumajang juga melaporkan adanya hujan yang bercampur abu vulkanik di sekitar pos pengamatan. Saat itu, diperkirakan, ada potensi lahar panas.

"Saat awan panas guguran masih berlangsung, masyarakat yang berada di KRB wilayah Kamar A, Curah Koboan dan Rowobaung di wilayah Kecamatan Pronojiwo mulai melakukan evakuasi secara mandiri," ujar Raditya.

"Ini terjadi sekitar pukul 03.45 WIB."

Sumber: Detik Travel | TNBTS | Tirto.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar