Breaking

Kamis, 03 Desember 2020

OPINI: Mengatasi Hipotermia Pada Pendaki Gunung Perempuan dengan Cara 'Disetubuhi' Adalah Ajaran yang Sesat

Jika melakukan metode persetubuhan (skin to skin) sebaiknya dengan jenis kelamin yang sama atau dilakukan dengan muhrom-nya.

Ilustrasi Hipotermia | Foto: Hipwee
OPINI : Melakukan pendakian ke daerah kepegunungan merupakan salah salah kegiatan luar ruangan yang sangat meng-asyikan. Seorang calon pendaki harus menyiapkan segala keperluan sesuai dengan peraturan dan standar pendakian agar terhindar dari penyakit ketinggian yang dapat menyebabkan resiko kematian.

Salah satu penyakit ketinggian yang masih menjadi momok menakutkan bagi para pendaki, yaitu hipotermia. Gejala hipotermia sangat mungkin bisa menyerang siapapun, sekalipun seseorang yang sudah terbiasa melakukan olahraga luar ruangan ini.

Hipotermia adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami kesusahan adaptasi dengan tekanan suhu dingin. Atau dengan kata lain, tubuh gagal mengalami aklimatisasi.

Suhu gunung yang ekstrim membuat suhu tubuh menurun drastis, hal ini akan membuat tubuh korban menggigil, kaku, hingga pingsan. Pada tingkat terparahnya, seluruh kerja tubuhnya akan menurun, lalu menyebabkan kematian.

Namun banyak cara/metode dan treatment untuk mengatasi hal tersebut mulai dari pencegahan sampai cara mengatasinya.

Banyak tulisan dan narasi yang memberitakan pendaki gunung khususnya perempuan yang terkena hipotermia ditangani dengan cara 'disetubuhi' (skin to skin), agar suhu tubuhnya kembali normal.

Kepala Basarnas, Suhri Sinaga mengungkapkan jika ada cara mengatasi hipotermia dengan cara disetubuhi, tanpa melihat jenis kelamin dan 'muhrom', adalah cara sesat.

"Tidak ada itu metode menyetubuhi, itu ajaran sesat," ucap Sinaga, saat mengonfirmasi Kompas.com.

Jika korban sudah mengalami kondisi terparahnya, seperti korban tak kunjung sadar, tubuh membeku, dan terus menggigil, maka lakukan transfer suhu panas tubuh atau dikenal dengan istilah metode persetubuhan (skin to skin).

Namun jika melakukan metode ini sebaiknya dilakukan dengan jenis kelamin yang sama atau yang sudah muhrom. Karena metode ini harus dilakukan dengan badan telanjang dan saling berpelukan dalam selimut, untuk menyalurkan panas kepada tubuh korban.

Sementara itu, menurut dr Jati Satriyo menekan agar pendaki gunung lebih mengutamakan pencegahan hipotermia. Menurutnya pendaki gunung lebih baik 'nyari aman' menghindari hipotermia dengan mengkondisikan tubuh agar tetap kering dan berpakailah pakaian sesuai keadaan lingkungan sekitar.

"Selalu jaga tubuh tetap dalam keadaan kering atau ganti pakaian jika basah, kenakan pakaian yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar, gunakan topi-syal-sarung tangan, pilih pakaian yang pas di tubuh," tulis dalam sebuah forum pertanyaan di situs alodokter.com.

Dokter Jati juga menyarankan agar pendaki gunung melakukan gerakan sederhana agar suhu tubuh tetap stabil dengan kondisi lingkungan.

"Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh," tulisnya.

Sumber: National Geographic Indonesia | Alo Dokter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar